Halo, 2024

Hai, sudah tahun 2024. Kenapa begitu cepat waktu berlalu ya?

Tahun ini Saya ingin merilis beberapa draft tulisan Saya dari tahun 2019 yang memang belum selesai, karena hilang arah. Pun mungkin di tahun ini akan ada cerita baru yang akan Saya tulis, karena kali ini ada seseorang yang unik, dan Saya tertarik.


Mari kita mulai rilisan salah satu draft tulisan ini.


Sebagai anak bungsu dari dua bersaudara, Saya merasa beruntung memiliki seorang Ayah berasal dari pulau garam tapi sangat tidak tampak seperti kebayakan orang yang berasal dari pulau itu dan seorang Ibu yang berasal dari Kota dingin yang memiliki ciri khas bahasa "walikan" serta satu Kakak perempuan yang cukup berhemat kata, mereka yang selalu saya sebut Rumah.


Pada rumah ini Saya banyak mempelajari apa itu berjuang, apa itu arti marah, apa itu makna membantu orang sekitar, bagaimana belajar hidup. Dari segala macam perjalanan yang ditempuh selama 25 tahun Saya bernafas, Kami terbiasa dengan sesuatu hal yang tidak pasti karena memang Saya diajarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini kadang tidak pasti, apa yang kita inginkan kadang tidak sesuai kenyataan, apa yang kita miliki belum tentu kurang bagi kita dan bisa jadi adalah kelebihan bagi orang lain. Kalimat yang sering diucapkan adalah "urip iku sawang sinawang, le".


Saya bersyukur dalam hidup ini Saya pernah merasakan apa yang dinamakan merantau, hidup di Kota orang, Ibu Kota. Masa itu benar-benar mengajarkan apa itu arti keluarga, rindunya "ngulek sambel di rumah", rindu mereka, Rumah.


Cukup selama dua tahun jauh dari rumah dan Saya kembali ke Rumah ini. Sangat bahagia rasanya bisa kembali walau kembalinya Saya harus dibayar dengan kembalinya pula Ibu kepada Sang Pencipta hidup. Tapi memang hidup harus berjalan, walau berat diawal rasanya seperti kehilangan satu pijakan dihidup Saya namun apa yang diajarkan atau kebiasaan keluarga Kami sudah terpatri pasti sebagai pedoman hidup. Terimakasih, Rumah.



Comments

Popular Posts