Dan Lagi....

 Patah.

Akhirnya aku patah lagi, patah karena perempuan.

Dia yang dulu pernah menjadi alasan untuk bertahan di tanah perantauan.

Dia yang dulu selalu mengingatkan untuk tidak terlalu memikirkan semua hal.

Dia yang dulu bisa membuat nyaman dengan tiap sentuhannya.

Dia yang dulu bersedia mendekap saat tangis tak tertahan.

Dia yang dulu selalu bersabar saat semuanya tidak berjalan dengan semestinya.

Tapi, itu sudah lalu.

Tidak pernah terpikirkan jika akhirya kita berpisah juga. Ternyata berjarak sungguh merepotkan bagi aku yang terbiasa bertemu setiap saat. Aku kira ini hanya akan sementara, kita akan baik-baik saja. Tapi, aku kalah.

Aku yang kalah dengan jarak ini, rasanya kosong dan dengan bodohnya masih merasa bahwa aku bisa. Sekali lagi aku melakukan kebodohan ini.

 Pada akhirnya, kamu memilih untuk mengakhiri semua ini, kisah yang mungkin hilang makna dan aku tidak menghalanginya. 

 Memang ini yang harus terjadi, aku dan kamu sudah bukan menjadi kita. Kamu sekarang temanku, entah kamu bisa menganggap yang sama. Karena yang aku takutkan setelah perpisahan adalah lahirnya dua orang yang tidak saling kenal. Ya, itu adalah pilihan masing-masing. Bagiku, kamu tetap orang yang aku kenal.


Terima kasih, semoga suatu saat kita dapat berjumpa lagi, dengan perasaan yang baru.

Comments

Popular Posts